Malu melihat Purnama
Kamis, Desember 16, 2010 | Author: Ibnu Suwandi
Berjalan tertatih aku membawa rasa ini,
jatuh tersungkur kadang
mempertahankan keseimbangan hati,
berusaha menghafal setiap tikungan jalan yang pernah terlewati,
dengan kaki terhuyung masih kuusahakan singkirkan kerikil yang mengganggu,
meski perlahan aku masih saja terengah-engah berharap
karena perhentian selanjutnya tak begitu jauh terlihat,
dengan filsafat purnama kusandarkan harapan,
dari cahaya yang hilang kembali benderang dengan proses alaminya yang indah,
hati tak bertanya kenapa,
rasa tak menuntut balas jasa,
hanya saja jika boleh kuandaikan dengan waktu,
maka saat ini aku merasa waktuku berjalan dari jam dua belas siang,
ya… dari terang yang terik menuju malam yang gelap,
yang justru tak berkesudahan,
bahwa aku tak harus bertanya kemana arah jarum jam berjalan,
karena sekarang aku mulai tak yakin setelah pukul 00.00 apakah jarum jam itu masih terus berputar
berjalan normal

Dweah 13/12/2010 dalam dingin 11 derajat malam ini
|
This entry was posted on Kamis, Desember 16, 2010 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 comments: